Friday, January 25, 2008

Sudah SaatnyaKah Anak Disiplin??

Disiplin??pilihan kata yang sederhana tapi sangat susah menanamkan dan melaksanakannya. Kita sebagai orang tua sedang berusaha menanamkan disiplin pada anak kita,farah, seawal mungkin sejak farah sudah mampu diajak komunikasi dan mampu menangkap apa yang diinginkan orangtua. Ya memang orang tua sangat berperan dalam hal ini, dan harus memberikan teladan terlebih dahulu serta yang paling penting adalah konsistensi. Jika tidak, bisa jadi anak kita menganggap kebiasaan ini hanya untuk sekali waktu saja. Banyak contoh yang bisa kita terapkan untuk melatih anak untuk disiplin. Misalnya, disiplin makan, membereskan mainan, nonton tivi, sikat gigi, buang air, buang sampah, menaruh barang(sepatu, gelas, piring), dan masih banyak lagi.

Sebenarnya kapan saat yang tepat mengajarkan disiplin??
Alhamdulillah, farah(16 bulan) sudah mulai mau diajarkan disiplin mulai yang sederhana. Misalnya sebelum tidur sikat gigi, begitu diajak 'sikat gigi farah' langsung megang giginya. Berarti meski belum bisa bicara, dia sudah dapat menerima apa yang kita ajarkan.
Pernah juga suatu kali, ada seorang teman dan anaknya main kewohnung, dan kebetulan si anak masuk tanpa melepas sepatu dan baru dilepas di dalam. Farah dengan sendirinya langsung ambil sepatunya dan menaruh ditempatnya,dibalik pintu masuk. Dan teman saya tertawa melihat tingkahnya. Masyaallah. Begitu juga yanda yang sering lupa naruh sepatu ditempatnya, akhirnya farah yang beraksi. Nah lhoh..yanda malah lupa.
Kalo habis makan pun farah ikut bantu2 bunda bawain piring ketempat cucian. Bahkan yanda belum selesai makan eh..penginnya mau diminta aja piringnya.."lho sayang, yanda belum selesai makan".
Sekarang dia lagi seneng buang sampah, kalo habis makan jeruk ato pisang, langsung buang kulitnya sendiri. Tapi pernah bunda nyari pensil ehh ternyata sudah di tempat sampah. Nah, harus diawasi dan dinasehatin kan??

Cerita tadi kelihatnnya yang lancar dan baik saja. Alhamdulillah. Tapi namanya juga proses belajar, pastilah ada yang tak semulus yang diinginkan. Farah juga demikian, kita ga bisa memaksakan harus begitu terus.Tidak seperti membalikkan tangan kan?
Suatu saat farah pengin makan dan minum sendiri, mungkin seumurannya pengin mandiri. Tapi begitu ditinggal, semua makanan dan minumnya ditumpahin semua. Sekali waktu farah juga bawa2 sandal luar rumah ke dalam, maklum lagi belajar pake sandal, penginnya nyoba terus. Pernah juga farah mainan pipisnya sendiri. Orang tua tidak dibolehkan marah dan membentak atau berteriak kalo ada kejadian seperti diatas. Namun, pernah juga orang tua khilaf. Mungkin ini teguran buat bunda sendiri. Trus?? Ya memang sebagai muslimah, sepantasnya kita beristighfar terlebih dahulu supaya bisa mengambil tindakan yang bijaksana.

Bagaimana mendisiplinkan anak sesuai usianya??

Usia 0-2 tahun
Anak seusia ini selalu memiliki rasa ingin tahu yang alami. Cara terbaik untuk mengajarkan disiplin adalah dengan menghilangkan godaan-godaan di sekeliling mereka. Jagalah lingkungan sekitar anak, misalnya menyingkirkan perangkat video, stereo, juga bahan-bahan pembersih yang mengandung zat kimia serta obat-obatan. Jika anak mendekati tempat yang tak dapat ia capai atau tempat berbahaya, katakan "jangan" dengan lembut, dan pindahkan dia dari tempat itu. Lalu, alihkan perhatiannya dengan aktivitas yang menarik.
Menasihati anak usia ini bisa menjadi cara mendisiplinkan yang pas jika usaha menarik perhatian Anda tidak berhasil. Anak yang sering memukul, menggigit, dan melemparkan makanan misalnya, harus diberitahu kenapa perilaku tersebut tidak benar. Sebaiknya, jauhkan ia dari kebiasaannya itu dan tenangkan di tempat yang nyaman.
Jangan pernah memukul atau menampar anak di usia ini. Bayi dan anak kecil sering tidak dapat mengerti apa hubungan perilaku mereka dengan hukuman. Jika Anda memukulnya, ia hanya akan merasakan sakit. Jangan lupa, anak akan belajar dari melihat perilaku Anda. Pastikan perilaku Anda menjadi contoh yang baik.

Usia 3-5 tahun
Ketika anak mulai tumbuh dan memahami hubungan antara tindakan dan konsekuensi, pastikan Anda mulai menciptakan aturan-aturan yang berlaku di rumah. Jelaskan pula, apa yang Anda harapkan dari mereka sebelum Anda menghukum mereka untuk perilaku tertentu.
Contohnya, ketika anak mencoretkan crayon di dinding ruang tamu, Anda harus mendiskusikan, kenapa hal itu tak boleh ia lakukan, dan jelaskan apa yang akan terjadi jika ia melakukannya lagi. Jelaskan pada mereka bahwa mereka harus membantu membersihkan dinding dan tak boleh menggunakan crayon-nya lagi. Jika ia melakukannya lagi dengan crayon tersebut di dinding, ingatkan bahwa crayon digunakan untuk menggambar di kertas dan tekankan konsekuensinya jika ia melakukannya di dinding lagi.
Lebih dini orang tua mendisiplinkan tindakan dan konsekuensi ini, hasilnya akan lebih baik. Meski ada kalanya orang tua lebih mudah tidak memedulikan perilaku buruk anak, atau memberikan hukuman, yang malah akan menciptakan kebiasaan buruk. Konsisten adalah kunci efektif dalam hal menerapkan disiplin. Orang tua harus membuat peraturan dan konsisten terhadapnya.
Bersamaan dengan menentukan perilaku bagaimana yang harus dihukum, jangan lupa beri penghargaan pada perilaku positif. Disiplin bukan sekadar hukuman. Orang tua perlu mengenali perilaku yang baik. Contohnya, Anda dapat mengatakan, "Ibu bangga padamu yang mau meminjamkan mainan pada teman-teman." Pujilah secara spesifik perilaku anak Anda. Jangan sekadar mengucapkan kata "bagus."

Usia 6-8 tahun
Waktu istirahat dan konsekuensi merupakan dua hal efektif dalam mendisiplinkan anak usia ini. Sekali lagi, konsekuensi adalah hal yang penting. Peganglah janji. Anak harus percaya bahwa yang Anda katakan adalah yang Anda maksudkan, tanpa ada kebohongan. Anda harus konsisten dengan apa yang Anda katakan.
Hati-hati, jangan membuat hukuman yang mengada-ada, misalnya, "Kalau kamu menutup pintu keras-keras, kamu tak boleh menonton teve selamanya!" Contoh lain, jika tiba-tiba anak menangis atau marah-marah di mobil dalam perjalanan berlibur, lalu Anda mengancam akan berputar kembali ke rumah jika ia terus menangis, pastikan Anda benar-benar melakukannya. Kehilangan kesempatan pergi ke suatu tempat tidak ada artinya dibandingkan menunjukkan kredibilitas Anda di depan anak.
Hukuman yang besar akan menghilangkan kekuatan Anda sebagai orang tua. Jika Anda menghukum anak Anda sebulan penuh, ia tidak akan termotivasi untuk mengubah perilakunya karena ia merasa semua haknya telah hilang.

Usia 9-12 tahun
Anak di usia ini, sama seperti lainnya, dapat diajarkan disiplin dengan konsekuensi yang alamiah. Sejalan dengan kedewasaan serta tuntutan kemandirian dan tanggung jawabnya, mengajari mereka menghadapi konsekuensi atas perilakunya adalah metode disiplin yang efektif. Contohnya, ketika anak yang duduk di kelas 5 SD tidak mengerjakan pekerjaan rumahya sebelum tidur, haruskah Anda menyuruhnya tetap bangun atau menolongnya menyelesaikan pekerjaan rumah tersebut?
Sebaiknya Anda tidak menolongnya. Karena jika Anda membantunya mengerjakan pe-er, maka Anda tidak akan memberi kesempatan belajar dalam hidupnya. Jika ia tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya lebih awal, ia akan pergi ke sekolah keesokan harinya dengan mendapatkan nilai yang jelek. Ini akan menyelamatkan anak Anda dari kesalahan selanjutnya. Dan paa akhirnya, ia akan mengetahui perilaku yang baik itu seperti apa, dan tidak akan melakukan kesalahan lagi. Namun, jika anak terlihat tidak mempelajari konsekuensinya, Anda harus membuat konsekuensi yang Anda buat sendiri untuk menolong mereka mengatur perilakunya dengan efektif.

Usia 13 tahun ke atas
Anak pada usia ini telah mengetahui apa yang ia inginkan dan tahu apa maksud perkataan Anda tentang konsekuensi. Namun, jangan memperlemah penjagaan. Disiplin tetap penting, apalagi bagi anak yang menginjak usia remaja. Seperti anak usia 4 tahun yang membutuhkan waktu tidur yang tepat, anak remaja pun harus mengetahui batas-batas. Pastikan Anda membuat peraturan yang menyangkut waktu mengerjakan pekerjaan rumah, waktu kunjungan teman, jam malam, serta diskusikan apa yang terbaik baginya sebelum terjadi kesalahpahaman. Anak, meskipun sering memprotes sesuatu, akan menyadari bahwa ia berada dalam pengawasan.
Percaya atau tidak, remaja masih menginginkan dan membutuhkan Anda untuk menentukan batas-batas dan menetapkan perintah dalam hidupnya, meskipun Anda mengizinkan mereka memiliki kebebasan dan tanggung jawab.
Ketika anak keluar dari peraturan, menghilangkan hak istimewa mereka dapat menjadi jalan yang baik. Ketika Anda mengizinkan anak boleh belajar ke rumah teman selama seminggu terus-terusan misalnya, pastikan Anda mendiskusikan dengan mereka kenapa pulang lewat jam malam tidak dapat diterima dan dapat membuat khawatir.
Penting juga untuk memberi kontrol pada kehidupan remaja. Hal ini seringkali memang menimbulkan perlawanan, tapi ini akan menolong mereka menghargai keputusan yang harus Anda buat untuk mereka. Anda dapat mengizinkan mereka membuat keputusan sendiri yang berkaitan dengan pakaian, model rambut, atau kondisi kamar. Ketika ia beranjak makin dewasa, ia akan mampu mengontrol dirinya atas kegiatannya sendiri.



Referensi.Tabloidnova.
Baca juga artikel cara mengajarkan disiplin bagi anak
http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=2268

No comments:

Greeting

Halloo...para pengunjung yang sengaja atau tidak sengaja menemukan blog ini. Nulis Maning hanyalah catatan seorang perempuan yang baru belajar dan semuanya secara otodidak.

Tujuan semula adalah sebagai pengingat dan pembelajaran diri sendiri. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika ada yang ingin mengambil ilmunya, memberikan kritik, dan saran agar blog ini bisa lebih baik lagi. Semoga ilmu yang kita peroleh membawa keberkahan. Amin.

Mohon maaf kepada para blogger, para jurnalis, pakar keluarga, pakar merajut, ilmuwan, dan para ahli masakan jika tulisan dalam blog ini masih banyak kekurangan. Terima kasih untuk sumber-sumber referensi yang saya kutip.