Mungkin yang berkunjung ke blog ini heran juga, katanya tinggal di Eropa kok masakannya malah ala indonesia dan bahkan tradisional banget alias makanan warisan jaman nenek moyang. Ya memang, kita juga ga menyangka kalau jadi kangeeen sekali makanan2 dari tanah air. Kalau tahu gini, kita pasti bawa bumbu2 yang jarang sekali ada disini seperti kencur, kunci, asam, dsb. Kita membuat buntil ini pun tanpa kencur dan daun singkong ...jadi kita namain buntil Chemnitz.
Bahan:
- 10 lembar daun wirsingkohl yang lebar..(buat gantiin daun singkong),
- 100 gr ikan teri,
- tahu (ga pakai, lagi ga ada persediaan),
- kokosrapel (serbuk kelapa),
- santan,
- 5 buah cabe utuh,
- salam,
- serai dan jahe, digeprak,
- 10 tusuk gigi (kalo mela pakai tusuk satai dipotong 3 bagian)
- 1 bh bawang bombay besar,
- 3 bh bawang putih,
- 1/2 sdt terasi,
- kencur (ga pake),
- 1/2 sdt ketumbar sangrai,
- 3 buah cabe merah,
- garam,
- gula pasir,
- Rebus sebentar daun wirsingkohl biar layu dan mudah dilipat.
- Masak isi: tumis sebagian bumbu dan masukkan teri dan kokos, masak sampai matang. Tambahkan air sedikit karena kokos yang dijual disini cenderung kering.
- Ambil daun wirsingkohl, masukkan adonan isi, lipat dan dikunci dengan tusuk satai. Lakukan hal yang sama sampai semua daun wirsingkohl habis.
- Kukus sampai matang.
- Masak kuah: Tumis sisa bumbu yang ada dan salam, serai, jahe kemudian masukkan santan, menyusul cabe utuh. Tambahkan air jika ingin lebih encer. Masak sampai matang.
- Cara penyajian: Taruh buntil diatas piring siram dengan kuah.
- Hmm..yummy "kata suami" serasa di indonesia.
No comments:
Post a Comment